NAMAKU MUHAMMAD
Di antara syair yang diksinya begitu kuat dalam mengungkapkan kerinduan kepada Rasulullah SAW adalah Qashidah Burdah. Penggubahnya diberikan keberkahan berupa didatangi langsung oleh Rasulullah SAW dalam mimpi sebagai tanda beliau rida dengan syairnya.
Dia yang lumpuh dan mati separuh badannya saat mengarang qashidah tersebut mendadak sembuh setelah didoakan oleh Rasulullah SAW dalam mimpinya.
Kemudian qashidahnya tampil menjadi sebab kemenangan umat Islam terhadap kekuatan Mongol dengan membacakannya di tenda-tenda, rumah-rumah, dan masjid-masjid, karena setiap baitnya bak mantra yang meneguhkan hati dan menguatkan persatuan atas nama cinta kepada Nabi.
Di dalam salah satu baitnya, dia melukiskan keagungan nama Muhammad, bahwa nama tersebut ada penghubung dengan sang Nabi, karena dia sendiri bernama Muhammad, yaitu Muhammad bin Sa’id bin Hamad al-Bushiri (w. 696 H.).
Dia menulis dua bait sebagai berikut:
Jika aku melakukan sebuah dosa maka perjanjianku dengan sang Nabi tidak terlepas, dan ikatanku dengannya tidak terputus
Aku punya perjanjian dengannya, karena namaku Muhammad, sedangkan dialah makhluk yang paling sempurna memenuhi janji.
Dua bait ini sesuai dengan beberapa hadis yang di antaranya dikutip dalam Hasyiyah al-Bujairami, bahwa kata beliau, Jibril datang kepadaku menyampaikan salam dari Allah sekaligus mengabarkan pesan bahwa Allah berfirman: “Aku tidak akan mengazab orang yang namanya sama dengan namamu.”
Dalam kitab al-Syifa, al-Qadhi Iyadh meriwayatkan bahwa Allah memberikan rahmat dan para malaikat beristighfar untuk laki-laki yang mempunyai nama Muhammad dan Ahmad.
Deden M. Makhyaruddin