KAMU AKAN DITANYA TENTANG INDONESIA

KAMU AKAN DITANYA TENTANG INDONESIA
Oleh: @deden_mm

Pada tahun 38 H. Amirul Mu’minin Ali bin Abu Thalib akhirnya meninggalkan Madinah menuju Kufah, Iraq. Dia takjub melihat keadaan kota Kufah yang begitu subur menghijau.

Kehidupan penduduknya makmur. Rindang pepohonan teduhkan paru-paru kota. Air yang mengalir jernih segarkan kehidupan. Pemandangan yang tak perlah terlihat sebelumnya di Hijaz, Makkah dan Madinah.

Amirul Mu’minin teringat pada surah al-Takatsur tentang al-na’im yang akan ditanya Allah pada hari kiamat apakah disyukuri atau tidak. Na’im menurut Ali tak lain adalah hidup enak seperti yang dirasakan di Kufah.

Imam al-Thabari (w. 310 H.) mengutip kesan dan pesan Ali tentang kehidupan di kotah Kufah ini dalam tafsir Jami al-Bayan saat menafsirkan surah al-Takatsur ayat 8.

Amirul Mu’minin berkata:

“Setiap yang tinggal di Kufah menikmati hidup yang enak (na’im). Minimal dia bisa minum dari air sungai Efrat yang jernih, bisa duduk di bawah naungan pohon yang teduh, dan bisa makan roti gandum.”

Saya tidak dapat membayangkan bagaimana jika Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib datang ke Indonesia. Entah apa yang dikatakannya saat melihat sungai-sungainya, mataair-mataairnya, pohon-pohonnya, tanaman-tanamannnya, dan keragaman flora dan faunanya.

Indonesia adalah na’im yang akan ditanyakan kepada seluruh penduduknya pada Hari Kiamat apakah mensyukurinya atau tidak. Dimakmurkan atau dirusak. Dijadikan sarana ibadah kepada Allah atau sarana maksiat pada-Nya. Jadi taman ibadah atau arena takatsurnya (bermegah-megahan) para pemangsa.

Orang Indonesia akan menjadi manusia yang paling berat hisabannya karena begitu banyaknya na’im yang tak disyukurinya. Tapi sebaliknya jika bisa mensyukurinya maka na’im Indonesia adalah pembuka pintu-pintu kenikmatan abadi di dalam Jannatun Na’im (Surga Na’im).

Sadeng, 8 September 2018
Deden Muhammad Makhyaruddin

(Visited 11 times, 1 visits today)
Bagikan