Mengapa Banyak Kiyai Merokok

MENGAPA BANYAK KIYAI MEROKO?

Oleh: Deden Muhammad Makhyaruddin

Terlebih dahulu saya sarankan agar tulisan saya ini tidak dipercaya bulat-bulat. Soalnya bukan tahu. Tapi boleh juga dipercaya, asalkan kotak-kotak, tidak bulat. Wkwkwk… Juga boleh tidak dibaca sama sekali. Karena hanya berupa ungkapan kecil dari sebuah keresahan besar yang belum sampai ditemukan jawabannya. Tapi saya jamin referensinya akurat. Bismillah. Dan, jika penasaran, silahkan baca sampai akhir. Hanya sedikit. Tidak usah dishare juga tidak apa-apa. Semoga tercerahkan. Atau, paling tidak, terhibur.

Saya pernah menulis tentang rokok dalam perspektif Al-Qur’an yang menggambarkan tradisi meroko sebagai tanda-tanda kiamat. Tapi ada yang menggelitik pikiran saya. Yaitu fakta banyak kiyai yang merokok. Dalam kitab-kitab para ulama tentang rokok disimpulkan hukum makruh untuk rokok setelah proses instinbath yang panjang dari dalil-dalil yang mengharamkan dan yang memubahkan. Mestinya, dengan kesimpulan ini, para kiyai berhenti merokok, karena dikenal pada mereka melekat karakter wara’. Bukan hanya yang makruh, apalagi yang haram, yang halal saja mereka seleksi karena takut jatuh pada yang tidak halal. Saya menjadi curiga jangan-jangan ada hal hebat secara sosial, politik, dan dakwah yang tersembunyi di balik rokok kiyai.

Saya kembali membuka referensi tentang kemunculan rokok pertama kali di dunia Islam. Yaitu di Turki pada tahun 999 H. Ada yang mengatakan tahun 1012 H. Berasal dari Amerika Latin. Yaitu, tepatnya, di sebuah wilayah dekat Meksiko yang sekarang disebut dengan negara Trinidad & Tobago. Inilah mengapa bahan baku rokok disebut Tembakau. Karena berasal dari Tobago. Bahkan, dalam bahasa Arab, tembakau, selain disebut dengan al-tinbak (التِّنْبَاك), juga disebut al-tabagha(التَّبَغَ). Lalu dibawa oleh bangsa Spanyol ke Eropa sampai akhirnya datang ke Turki yang saat itu sebagai pusat pemerintahan Kekhalifahan Utsmaniyah. Otomatis, dalam waktu yang singkat, rokok menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam. Ini di antara informasi penting yang saya dapat tentang asal mula masuknya roko ke dunia Islam.

Seiring dengan penemuan-penemuan terbaru tentang peninggalan-peninggalan bercorak Islam di Amerika Latin, saya jadi berubah fikiran. Yakni, yang pertama kali masuk ke banua Amerika adalah umat Islam, bukan bangsa Spanyol. Dengan demikian yang pertama kali membawa tradisi rokok ke luar Amerika Latin pun umat Islam. Bahkan jika cerita Colombus dianggap benar maka para awak kapal dan teknisi yang dibawa Colombus adalah muslimin Spanyol atau ilmuwan muslim yang sudah berpengalaman dalam melakukan pelayaran yang jauh. Lalu kemudian rokok dibawa ke Eropa dari tangan umat Islam. Hal ini bersamaan dengan kemunculan tradisi kopi. Sehingga, dalam kenyataannya, kopi dan rokok adalah pasangan serasi, bahkan sampai hari ini.

Kopi, dalam berbagai referensi, dikenal berasal dari umat Islam. Ia dipakai para sufi agar kuat beribadah kepada Allah tanpa diserang rasa ngantuk. Lalu bangsa Barat membawanya ke Eropa. Spontan gereja-gejeja di Eropa mengharamkan kopi. Karena kopi sangat kental dengan tradisi-tradisi Islam. Bahkan di Prancis, tradisi ngopi menjadi pemicu awal meletusnya Revolusi Prancis. Demikian pula rokok. Orang Barat membawanya dari Islam. Bukan sebaliknya. Inilah tampaknya mengapa belakangan WHO mengharamkan (melarang) rokok melebihi haramnya miras. Miras tidak dilarang tapi rokok dilarang. Atau, paling tidak, tidak segencar melarang rokok. Karena rokok bersama kopi pernah menjadi simbol kemakmuran Islam. Inilah tampaknya mengapa banyak kiyai khos yang merokok. Yakni sebuah bentuk perlawanan terhadap Barat.

Tampaknya pada masa lalu, atau zaman orang-orang tua dahulu, para perokok itu panjang umur dan selalu sehat. Hal ini karena rokok mereka diolah secara tradisional. Bahkan mungkin, terkhusus rokok kiyai, diracik dengan iringan doa, sholawat, wirid, dan ayat. Dibuat sendiri. Dan tidak merokok kecuali setelah 1 kali khatam Al-Quran. Atau, setidaknya, tidak dicampur dengan bahan-bahan yang berbahaya. Misalnya aspal. Sama halnya dengan kopi. Dahulu orang minum kopi tidak memakai gula. Jadi sehat. Karena yang menyebabkan kopi berpenyakit adalah gulanya, atau campurannya. Demikian puka rokok. Yang bahayanya adalah campurannya. Atau olahannya. Atau bahan-bahannya. Atau lain-lainnya. Dan, dalam kenyataannya sekarang, jumlah orang yang meninggal karena rokok masih tergolong sedikit atau sebanding dengan yang meninggal karena gula. Apakah gula jadi haram? Atau lebih haram dari rokok? Nah. Demikian.

Wallâhu A‘lam

(Visited 1.988 times, 1 visits today)
Bagikan