Raja Manusia

Pada surah ini (al-Nâs), Allah Swt menyebut diri-Nya dengan Rabb, Malik, dan Ilâh. Rabb senada dengan al-Rahîm dan Malik senada dengan al-Rahmân. Dan Ilâhtentu tidak dapat disandang kecuali oleh Allâh. Inilah di antara rahasia besar mengapa Allah Swt menutup Al-Qur’an dengan surah al-Nâs. Seakan-akan Allah Swt berkata: Jika setan datang kepadamu malalui pintu syahwat maka katakah “Aku berlindung kepada rabbinnâs.” Jika datang melalui pintu marah maka katakan “malikinnâs (Raja manusia).” Dan jika datang melalui pintu hawa nafsu maka katakana ilâhinnâs. Pada bagian ini penulis hendak fokus pada malikinnâs. Yaitu Allah Raja Manusia. Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa ketika Allah Swt menyebut diri-Nya dengan al-malik (Raja) maka ada sesuatu yang hendak diungkap tentang pergolakan hidup manusia di bumi. Ayat ini sangat jelas menunjukan ke sana. Karena malik disandingkan langsung dengan al-Nâs. Yaitu manusia sebagai makhluk sosial dan berperadaban. Pase manusia pada malikinnâs adalah pase matang dan kuat. Ego pun memuncak. Dalam kitab Gharâ’ib al-Tafsîr wa ‘Ajâib al-Ta’wîl karya Tâj al-Qurrâ Abu al-Qasim al-Kirmani (w. 505 H.) terdapat penafsiran bahwa yang dimaksud al-nâs (manusia) pada rabbinnâsadalah anak-anak. Yang dimaksud al-nâs pada malikinnâs adalah para pemuda (al-syubbân). Dan yang dimaksud al-nâs pada ilâhinnâs adalah orang-orang yang sudah lanjut usia.

Pase malikinnâs kemudian menyebabkan yang terkuat berbuat zhalim kepada yang lemah. Lalu yang lemah takut kepada yang kuat dan mencari perlindungan padanya. Sedang antara yang kuat dengan yang kuat saling menjatuhkan dalam politik. Bagunan kemanusian (al-Nâs) yang dibangun berdasarkan kesetaraan, keadilan dan kerjasama sesuai bidang masing-masing runtuh tak terelakan. Manusia membutuhkan kekuatan untuk mempertahankan dan atau mengembalikan kemanusiaannya. Kekuatan tersebut tak lain adalah kekuatan malikinnâs, Raja manusia, yaitu Allah Swt. Raja-raja dan rakyat jelata sama di hadapan-Nya. Manusia yang mendekat kepada malikinnâs tidak akan pernah dilumpuhkan harapannya, terpenuhi segala kebutuhannya, dan dijaga keresahannya. Orang biasa pun akan menjadi luar biasa dengan merapat, mengeluh, dan mengadu kepada-Nya. Allah Swt berikan kerajaan kepada yang Dia kehendaki dan mencabut kerajaan dari yang Dia kehendaki. Allah Swt muliakan yang Dia kehendaki dan menghinakan yang Dia kehendaki (QS Âli ‘Imrân, 26). Tiada pergolakan politik dan penggulingan kekuasaan kecuali Allah Swt. di situ. Allah Swt tak memenangkan orang atau kelompok yang menjauh dari-Nya.

(Visited 3.691 times, 1 visits today)
Bagikan